Kalau ada masalah silakan hubungi saya. E-mail
المشاركات

TRILOGI RINDU

Rindu adalah bayang-bayang yang tak pernah punya tubuh. Ia lahir dari api yang tak terlihat, membakar hati tanpa suara, tanpa warna, tanpa wujud. Namanya tertulis di dahan-dahan patah, di mana kehidupan pernah menjanjikan sebuah pertumbuhan. Rindu juga bersemayam dalam hujan yang lupa turun, menggantung di langit yang abu-abu, menggigil dalam penantian tanpa akhir.

Ia adalah labirin, sebuah ruang yang penuh liku, gelap, dan melilit. Rindu menuntunku melangkah, tapi tidak pernah membawaku ke tujuan. Lorong-lorongnya seperti napas yang mencabik-cabik kesadaran, menghapus batas antara kenyataan dan harapan. Aku mencoba berjalan keluar, tetapi langkah-langkahku hanya membawa kembali ke kehampaan. Sebuah lingkaran tak berujung, sebuah perjalanan tanpa peta.

Rindu juga adalah kuburan. Tempat di mana aku dan kau menjadi batu: keras, dingin, diam. Di atas tanahnya, barisan puisi yang tidak selesai tertulis dengan tinta air mata. Kata-katanya bergetar, tapi tak pernah cukup kuat untuk menghidupkan kembali yang telah pergi. Sunyi menjadi penghuni abadi, melingkupi ruang dengan hening yang menyayat. Setiap hembusan angin terasa seperti bisikan kehilangan, mengingatkan bahwa kepergianmu tak pernah benar-benar kuterima.

Namun, ini bukan sekadar tentang cinta atau rindu semata. Ini adalah tentang kehilangan yang tak bisa mati. Kehilangan yang terus hidup dalam setiap denyut nadiku, setiap tarikan napasku. Kehilangan yang menjelma menjadi bayangan abadi, mengikuti ke mana pun aku pergi. Ia adalah luka yang tidak berdarah, sebuah kenangan yang terus menusuk tanpa peringatan.

Rindu, cinta, dan kehilangan adalah sebuah trilogi yang saling melengkapi. Mereka adalah bagian dari perjalanan manusia, bagian dari hati yang pernah mencintai begitu dalam hingga terasa mustahil untuk melepaskan. Namun, aku tahu, di dalam rindu ini ada pelajaran, ada kekuatan yang perlahan membangun kembali jiwa yang retak.

Mungkin rindu memang tidak pernah bisa dihapuskan, hanya bisa dijinakkan. Ia akan terus menjadi bayangan, labirin, dan kuburan, tapi aku belajar untuk berdamai dengannya. Karena dari rindu ini, aku tahu bahwa aku pernah mencintai dengan begitu hebat. Dan meskipun kehilangan telah merenggut segalanya, cinta itu tetap ada—menghidupkan rindu yang meski menyakitkan, tetap indah dalam keabadiannya.

Rindu akan tetap bernyanyi, di dahan yang patah dan di hujan yang lupa turun. Ia akan terus hidup dalam napas dan langkahku, mengingatkan bahwa kehilangan bukan akhir, melainkan bagian dari perjalanan hati. Karena dalam setiap bayangan yang rindu tinggalkan, ada sebuah harapan kecil untuk bertemu lagi, entah di mana, entah kapan, entah dalam kehidupan ini atau yang berikutnya.

 🕊Ibnu Hadjar



Getting Info...

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience. 🕊️Ibnu Hadjar
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.