Kalau ada masalah silakan hubungi saya. E-mail
Postingan

MELODI KEHILANGAN DI UJUNG WAKTU

Hujan rintik mengguyur ujung pelipis, dinginnya merayap perlahan, seolah menggoda ingatan untuk kembali ke masa lalu. Aku mereguk serpih kenangan, menyesap setiap bayanganmu yang tertinggal di batas waktu. Ada kerinduan yang tak dapat kuhentikan, meski aku tahu, mencarimu adalah usaha yang sia-sia. Namun, hati ini tetap keras kepala, terus memanggilmu di antara gemuruh hujan.

Kehilangan selalu menjadi gurat takdir yang tak terelakkan. Ia seperti malam tanpa bintang, menelanjangi harapan hingga hanya menyisakan kegelapan yang pekat. Sunyi pun menjadi teman akrab, berbisik lirih di telinga, menekankan bahwa kau telah pergi. Ada luka yang tak terlihat, tapi menghujam sedalam-dalamnya. Kehilanganmu adalah kenyataan paling kelam yang tak pernah benar-benar bisa kuterima.

Denting sengkala itu—irama waktu yang terus berdetak—bernyanyi dalam dada ini. Setiap nadanya mengingatkan akan jejakmu yang tak pernah benar-benar pergi. Kau ada di mana-mana: di aroma hujan, di gemerisik dedaunan, bahkan dalam bayangan yang tercipta dari cahaya lampu jalan. Kehadiranmu seperti bayangan yang memeluk hati, menyakitkan, tapi juga menenangkan.

Aku sering bertanya pada diriku sendiri, apakah kehilangan ini sebuah hukuman atau pelajaran? Hari-hari yang berlalu terasa panjang, penuh dengan rasa rindu yang tak terucap. Setiap langkahku terasa berat, seakan-akan beban kenanganmu mengganduli kaki ini. Tapi meski demikian, aku tetap berjalan, mencoba mencari arti di balik semua ini.

Hidup adalah perjalanan melintasi kehilangan demi kehilangan, begitulah aku akhirnya menyadarinya. Denting sengkala itu tak pernah berhenti, ia terus bernyanyi, mengiringi langkahku menuju lembaran baru. Mungkin kau sudah menjadi masa lalu, tapi kenanganmu akan selalu menjadi bagian dari cerita hidupku. Meski menyakitkan, aku belajar menerima bahwa kau pernah ada di dalam hidupku untuk memberi warna, meski hanya sementara.

Kini, saat hujan kembali membasahi bumi, aku menatap langit kelabu dan tersenyum samar. Kehilangan ini mengajarkanku satu hal: bahwa aku masih hidup, masih bisa merasa, dan masih punya kesempatan untuk mencipta cerita baru. Denting sengkala itu mungkin mengingatkanku padamu, tapi ia juga memanggilku untuk terus maju, menuliskan kisah yang belum selesai.

Hidup mungkin penuh dengan guratan takdir yang tak bisa kulawan, tapi aku percaya, setiap denting waktu yang berlalu membawa harapan untuk esok yang lebih terang. Meski bayanganmu akan selalu ada di sudut hati, aku tahu, aku harus melangkah. Dan di setiap langkah itu, denting sengkala akan terus mengiringiku, menguatkanku untuk menerima bahwa kehilangan adalah bagian dari cinta yang pernah ada.

🕊Ibnu Hadjar

 


Getting Info...

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience. 🕊️Ibnu Hadjar
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.