Kalau ada masalah silakan hubungi saya. E-mail
المشاركات

MENJADI ORANG ASING DALAM KEHENINGAN

Sedih rasanya, memikirkan bahwa aku tidak bisa lagi mengirimu pesan tanpa ragu, atau menelepon di tengah malam hanya untuk berbagi cerita—tentang sesuatu yang lucu atau sekadar memastikan kamu baik-baik saja. Dulu, kamu selalu ada di ujung telepon, seolah dunia ini hanya menunggu kita untuk saling bicara kapan saja. Sekarang, segala hal yang ingin kusampaikan tertahan di tenggorokan, seakan kita berada di dua dunia yang berbeda.  

Entah bagaimana kita sampai di titik ini, terjebak dalam keheningan panjang seperti perang dingin yang tak pernah dinyatakan secara resmi. Anehnya, kita tidak pernah benar-benar bertengkar. Kita hanya terpisah, perlahan-lahan, tanpa satu alasan jelas. Dan justru karena itu, terasa lebih menyakitkan. Jika kita bertengkar, mungkin setidaknya ada akhir dan permulaan baru. Tapi ini? Ini hanyalah ketidakpastian dan jarak yang makin hari makin memisahkan kita.  

Aku sering bertanya-tanya, apakah kita benar-benar telah berubah, ataukah waktu dan keadaan yang mengubah cara kita melihat satu sama lain? Dulu, kamu adalah seseorang yang paling bisa kuandalkan. Kini, setiap kali aku ingin menghubungimu, aku merasa seperti seorang asing yang tak diundang. Ingin rasanya kembali seperti dulu, saat kehangatan percakapan kita tidak dihalangi tembok tak terlihat ini. Tapi nyatanya, keheningan sudah begitu solid, dan kita terlalu jauh untuk dijangkau.  

Pahit menyadari bahwa kamu, yang dulu begitu dekat, kini tampak begitu jauh. Kamu berjalan beberapa langkah lebih cepat dariku, meninggalkanku di belakang tanpa kata-kata. Sekarang, aku hanya bisa mengingatmu dari segala hal indah yang pernah kita bagi bersama. Kenangan itu hadir seperti bayangan samar—sesuatu yang indah, tetapi tak lagi bisa kugenggam. Kini kamu menjadi seseorang yang hanya bisa kupandangi dari jauh, seperti penonton yang menyaksikan pemeran utama dalam hidup yang bukan lagi milikku.  

Aku berusaha keras menutupi kekosongan ini dengan tawa dan kesibukan. Tetapi di balik semua itu, ada rasa sesal yang tak kunjung hilang, rasa hampa yang enggan pergi. Setiap malam terasa sunyi, sepi tanpa suara tawamu, tanpa pesan sederhana yang dulu terasa berarti. Aku hidup dalam hari-hari yang penuh kesibukan, tetapi semuanya terasa kosong. Seolah aku menolak mengakui pada diriku sendiri bahwa aku merindukan sesuatu—atau seseorang—yang mungkin tak akan pernah kembali.  

Dan inilah kenyataannya: hidup berjalan, tetapi meninggalkan jejak yang tak bisa kuhapus. Ada penyesalan yang menggantung seperti awan hitam di atas kepala. Aku ingin sekali meminta maaf, meski tidak tahu apa yang harus kumintakan. Aku ingin sekali meraih tanganmu lagi, tetapi aku takut, takut bahwa mungkin kita telah berubah terlalu jauh. Barangkali, inilah salah satu pelajaran pahit dalam hidup: belajar melepaskan seseorang yang pernah begitu berarti, meski hati ini belum sepenuhnya siap.  

Pada akhirnya, aku hanya bisa berharap bahwa di antara jarak dan kesunyian ini, kamu menemukan kebahagiaanmu. Mungkin suatu hari, aku juga akan menemukan jalanku sendiri. Hingga saat itu tiba, aku akan terus menyimpan kenangan tentangmu—bukan sebagai penyesalan, tetapi sebagai bagian dari diriku yang pernah ada. Karena bagaimanapun juga, meski kamu kini menjadi orang asing, kamu tetap pernah menjadi bagian dari hidupku, dan untuk itu, aku berterima kasih.

🕊Ibnu Hadjar




Getting Info...

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience. 🕊️Ibnu Hadjar
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.