Kalau ada masalah silakan hubungi saya. E-mail
Postingan

MEMANG MENYAKITKAN, TAPI MEMAKSAMU UNTUK MENCINTAIKU ITU SALAH

Aku menyadari bahwa memaksanya untuk mencintaiku adalah kesalahan yang lahir dari ketakutanku sendiri. Kadang, ada masa saat aku terjebak dalam angan, berharap jika saja dia bisa melihat betapa tulus perasaanku. Namun, pada akhirnya, apa yang kita paksakan hanya akan membawa luka bagi kita berdua. Sering aku berkata pada diri sendiri, “Love cannot be forced, it must come willingly”. Tapi siapa yang benar-benar mendengarkan aku saat hati terlalu kuat berbisik?

Setiap kali aku mencoba menarik perhatiannya, ada bagian dariku yang tahu aku sedang melangkahi batas. Aku sedang melawan kehendaknya, dan mungkin kehendak Tuhan juga. Tak peduli seberapa sering aku berusaha menjadi yang terbaik, kenyataannya cinta bukanlah sesuatu yang bisa digapai dengan usaha semata.

Ada kemurnian dalam cinta yang hanya akan terjaga bila ia lahir secara alami. Memaksakan kehadiranku di hatinya sama saja dengan membangun harapan di atas dasar yang rapuh. Aku pernah percaya dengan menjadi sosok yang lebih sempurna, dia akan melihatku. Aku berpikir bahwa semua pengorbananku akan membuatnya berbalik dan mencintaiku. Namun, aku akhirnya belajar, cinta tak bisa diukur dari seberapa keras aku mencoba.

Cinta sejati akan tumbuh tanpa harus disirami dengan paksaan. Menginginkan cinta dari orang yang bahkan tak ingin berada dalam hidupku, hanyalah cara bagiku untuk berlari dari kenyataan pahit. Because, love is not possession. It is free, it grows only when allowed to breathe.

Ada hari-hari ketika aku merasa kecewa pada diriku sendiri. Mengapa aku harus memaksa dia untuk mengerti, padahal dia sendiri tidak pernah meminta? Rasanya seperti berdiri di tepi jurang, berharap dia akan melangkah dan menggenggam tanganku. Padahal, tidak ada jaminan bahwa dia akan melakukannya. Cinta yang dipaksakan hanyalah refleksi dari ketidakmampuan kita menerima kenyataan.

Aku sadar sekarang, bahwa perasaan ini adalah ujian untuk melepaskan. Karena terkadang, mencintai seseorang berarti melepaskan.

Beberapa kali aku sering bertanya pada diri sendiri, apakah cintaku murni atau malah egois. Apakah aku sungguh mencintainya, atau sekadar ingin memilikinya sebagai pelengkap kebahagiaan diri? Cinta sejati bukanlah tentang mengikat, tetapi memberi kebebasan untuk memilih. Jika aku terus memaksa, bukankah itu hanya menjadi bentuk lain dari kepemilikan yang posesif?

Aku mulai belajar, bahwa mencintai seseorang tak berarti memiliki mereka. Bagaimana pun juga, memaksanya untuk mencintaiku hanya akan mengubah cinta yang indah ini menjadi beban bagi kami berdua. 

Cinta yang tak datang dengan sendirinya akan berubah menjadi luka, baik bagiku maupun baginya.

You can’t make someone love you by giving them more of what they already don’t appreciate.

Kini, aku mencoba untuk menerima semua kenyataan. Tidak semua orang yang kita cintai akan membalas perasaan kita. Mungkin, cinta ini hadir bukan untuk dijalani bersama, tapi untuk mengajarkan sesuatu yang lebih besar, misalnya ketulusan?

Aku memilih untuk berhenti berharap pada balasan, dan mulai mengerti bahwa cinta bisa tetap hidup meski tanpa kepemilikkan. Dengan cara ini, aku bisa menjaga keindahan perasaan ini, dan memberi ruang pada diriku untuk beranjak.

🕊Ibnu Hadjar



Getting Info...

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience. 🕊️Ibnu Hadjar
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.