Kalau ada masalah silakan hubungi saya. E-mail
المشاركات

KEHILANGAN DIRI DALAM KEHILANGAN CINTA

Ada beberapa dari kita yang berakhir kehilangan diri sendiri setelah kehilangan orang yang kita sayangi. Rasa sepi dan hampa tak hanya datang karena kepergian mereka, tapi juga karena kita merasa bagian dari jiwa kita turut pergi bersama mereka. Kehilangan itu menyisakan ruang kosong di hati, seolah-olah seluruh hidup kita berpusat pada kehadiran mereka, dan ketika mereka tiada, kita kehilangan arah. Kita mencoba bangkit, namun langkah terasa berat. Yang tersisa hanyalah diri yang terpukul, patah, dan tak lagi utuh. 

Kita berpura-pura di hadapan dunia, tersenyum seolah semuanya baik-baik saja, seperti luka telah sembuh dan hidup kembali normal. Tetapi, sebenarnya tidak. Di dalam dada, ada ganjalan yang tak kunjung hilang, luka yang kembali menganga setiap kali seseorang dengan santai menyebut namanya. Kita menelan rasa sakit itu dalam diam, berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan goresan hati kita. 

Terkadang, rindu itu datang tanpa diundang, menghantam kita di waktu-waktu paling tak terduga. Kita menangis penuh luka, berharap bisa bertemu sekali lagi, meski hanya dalam mimpi. Namun sebenarnya, tidak. Kita sadar bahwa tak ada yang bisa kita lakukan untuk mengembalikannya. Tangisan dan rasa rindu hanya berakhir menjadi siksaan batin yang harus kita telan sendiri, dalam kesunyian.

Dan lebih buruk lagi, hampir setiap saat kita menyalahkan diri sendiri. Pikiran seperti “Mungkin aku kurang mencintainya” atau “Mungkin kalau aku bertindak berbeda, dia tidak akan pergi” menghantui benak kita. Kita merasa seolah-olah kesalahan kita adalah alasan utama dari kepergiannya. Tetapi, sebenarnya tidak. Kepergian mereka tidak selalu bisa dijelaskan atau dicegah, dan sekeras apapun kita mencoba, tidak ada yang bisa mengubah kenyataan yang sudah terjadi.  

Seiring waktu, kita mulai terbiasa hidup dengan rasa sakit itu. Luka mungkin tidak sembuh sepenuhnya, tapi kita belajar untuk membiasakan diri dengannya. Namun, kebiasaan ini tak berarti kita telah pulih. Kita mungkin terlihat tegar di luar, tapi di dalam, kita masih merasakan penderitaan yang sulit diungkapkan. Akhirnya, kita menjadi sosok yang sangat menderita—tersenyum pada siang hari dan menangis dalam sunyi malam. 

Apakah kamu pernah merasakan hal seperti ini? Kehilangan yang tak hanya merampas orang yang kita cintai, tapi juga membuat kita kehilangan diri sendiri? Pada akhirnya, kita harus menerima bahwa tak semua luka bisa sembuh dan tak semua kehilangan bisa dipahami. Yang bisa kita lakukan hanyalah terus berjalan, meski dengan langkah yang tertatih, sambil mencari kembali serpihan diri yang terserak di sepanjang jalan kehidupan.

🕊Ibnu Hadjar




Getting Info...

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience. 🕊️Ibnu Hadjar
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.