Setapak perjalanan menuju pergantian waktu telah mengguratkan kisah yang dalam di hidupku. Kisahnya tak hanya sekadar lewat, tetapi menenggelamkan dan menyeretku ke ceruk tanpa cahaya, di mana perasaan terombang-ambing dan ragaku tak kuasa bertahan. Aku terpuruk dalam sepi, kehilangan arah dan, parahnya, kepercayaan pada diri sendiri. Seolah-olah dunia runtuh, dan aku hanya bisa terdiam, larut dalam labirin rasa sakit yang tak kunjung menemui ujung.
Krisis mental ini membawaku melayang tanpa arah, mengarungi lautan air mata yang seakan tak bertepi. Setiap malam yang kulewati terasa seperti pertempuran batin, bertanya-tanya: Mengapa hubungan dua jiwa bisa begitu pelik hingga melukai dan menoreh kebencian sampai ke dasar hati? Apakah cinta memang selalu datang dengan sisi gelapnya? Apa makna seia sekata dan sehidup semati jika akhirnya semua hanya berujung pada kekecewaan?
Dahulu aku percaya pada manisnya cinta, membayangkan bahwa kesetiaan adalah harga mati dan berkorban adalah wujud tertinggi kasih sayang. Namun, kenyataan tak selalu selaras dengan euforia hati. Pahitnya menjaga kejujuran, menerima kekangan dalam pergaulan, dan menekan ego demi hubungan hanya membuat akal sehat terkikis. Di tahun dua ribu dua puluh tiga, cinta yang kuharapkan membawa kebahagiaan justru berakhir dengan bara dendam yang menyakitkan, meranggas seperti dedaunan di musim kering.
Kini, aku ingin melepaskan semua kepahitan ini, membiarkan luka-luka tersembunyi tenggelam di palung terdalam bersama kenangan yang ingin kulupakan. Tak ingin lagi aku terjebak dalam asmara yang hanya membawa sembilu dan trauma. Cinta yang sesungguhnya bukanlah kekangan yang memenjarakan, tapi kebebasan yang memberi ruang untuk tumbuh dan berkembang. Jika perjalanan hatiku harus dimulai dari awal, biarlah ia dimulai dengan damai, tanpa membawa beban dari masa lalu.
Aku berharap pergantian waktu ini menjadi titik tolak, membuka babak baru dalam hidupku yang lebih bermakna. Setiap luka adalah pelajaran, dan setiap kehilangan membawa hikmah yang berharga. Aku ingin percaya bahwa cinta yang sejati ada, meski saat ini masih jauh di angan. Semoga kisah-kisah kelam yang pernah singgah kini hanya menjadi bagian dari masa lalu, sementara aku melangkah ke depan dengan harapan yang lebih jernih dan hati yang lebih kuat.
Kelak, aku ingin cinta datang tanpa perlu kutakuti, tanpa membuatku kehilangan diri sendiri lagi. Aku ingin menemukan kebahagiaan yang datang tanpa syarat, tanpa harus menukar ketenangan batin dengan kebimbangan. Biarlah setiap luka mengajarkanku cara mencintai dengan lebih bijak—termasuk mencintai diriku sendiri. Pergantian tahun ini bukan hanya soal waktu, tetapi tentang memberi kesempatan pada hati untuk sembuh dan memulai kembali.