Untuk kesekian kalinya, air mata ini tumpah tanpa bisa ditahan, meredam rindu yang kian menggunung, menyisakan pilu dalam setiap helaan napas. Rindu yang kurasakan tidak dapat lagi diukur oleh jarak, karena kau telah berada di tempat yang tak bisa kujamah. Tiada jalan yang dapat kutempuh, tiada kendaraan yang dapat membawaku kepadamu, dan tiada lautan yang bisa kuarungi untuk meraih hadirmu. Satu-satunya cara aku bisa menyapamu kini adalah melalui untaian doa yang ku kirimkan dengan harap, agar rindu ini dapat sampai ke alam tempatmu berada.
Setiap dzikir yang kulafadzkan terasa menembus batas dimensi yang memisahkan kita, seolah merapatkan jarak antara yang fana dan yang kekal. Dengan hati yang bergetar, aku mencoba menyapamu di alam yang kini menjadi rumahmu, berharap bahwa meski tak lagi bersama di dunia ini, doaku bisa menjangkau tempatmu yang penuh ketenangan. Rasanya, kehadiranmu semakin nyata saat kening ini bersujud pasrah di atas sajadah, merasakan kedekatan yang hanya bisa kuraih melalui doa yang penuh keikhlasan.
Dalam sujud yang dalam, aku merasa seolah-olah kau begitu dekat, lebih dekat dari sebelumnya. Keikhlasan hati membuat rindu ini menjadi lebih damai, bukan lagi menyakitkan. Hanya melalui doa, aku merasa mampu menyentuh hadirmu yang telah tiada, meski tak lagi bisa kulihat, kurasa, atau kudengar. Di balik setiap lafadz dzikir, ada harapan bahwa kau mendengarnya, bahwa di alam yang jauh itu, doaku sampai kepadamu, membawa sedikit rasa rindu yang tak pernah padam.
Dan akhirnya, aku sadar bahwa pertemuan kita hanyalah soal waktu. Waktu yang sudah tertulis, seperti daun yang akan jatuh pada saat yang telah ditentukan di Sidratul Muntaha, atas namaku. Mungkin saat ini aku masih terikat di dunia ini, namun aku tahu bahwa suatu saat nanti kita akan bertemu kembali. Pertemuan kita bukan di dunia ini, melainkan di alam yang lebih abadi, di mana rindu tak lagi terasa menyakitkan, tetapi menjadi jembatan antara dua jiwa yang pernah bersama.
Sampai saat itu tiba, aku akan terus menapaki untaian doa, menyerahkan semua pada kehendak Sang Maha Kuasa. Aku akan sabar menanti waktu pertemuan itu, percaya bahwa rindu ini tidak akan sia-sia. Setiap tetes air mata, setiap lafadz dzikir, dan setiap doa yang kuucapkan, akan menjadi penenang hati hingga saatnya aku bisa menyusulmu di tempat yang lebih indah dan kekal.