Jangan pernah mencintai seorang penyair, jika kau tak siap menghadapi kegelisahan yang lahir dari setiap puisinya. Setiap kata yang ia tulis akan memicu pertanyaan di dalam hatimu, "Untuk siapa puisi ini? Dari mana inspirasinya datang?" Bagi seorang penyair, dunia imaji adalah tempat pelariannya, tempat ia bebas terbang dan menjelajah. Setiap bait, setiap baris, seolah terinspirasi oleh sesuatu yang kau tak bisa lihat, dan itulah yang seringkali menimbulkan rasa cemburu yang tak terjawab.
Ketika hasrat untuk menulis datang, seorang penyair tidak akan peduli pada dunia di sekitarnya. Ia akan tenggelam dalam keasyikan mencipta kata, bahkan di depan matamu sekalipun. Menulis baginya bukan sekadar menorehkan kalimat, melainkan ritual intim antara dirinya dan aksara. Ia seolah sedang bercinta dengan setiap kata, merangkai mereka dalam harmoni yang sempurna. Dan saat itu, kau mungkin merasa terlupakan, kalah oleh kekuatan imajinasinya yang tak terbendung.
Seorang penyair tak akan bisa menolak datangnya inspirasi, apalagi saat hasrat menulis begitu membara. Ada gairah yang membuncah ketika ia mencumbu aksara, seolah aksara adalah kekasih yang selalu setia menunggunya. Baginya, puisi adalah napas, dan menulis adalah cara ia hidup dan merasakan dunia. Saat ia tenggelam dalam gelora menulis, bahkan hingga mendesah dalam kepuasan kata-kata, kau mungkin takkan mengerti seberapa dalam hubungan batinnya dengan puisi.
Namun, jika kau memilih untuk bersama seorang penyair, kau harus siap menghadapi kenyataan bahwa cintanya pada kata-kata mungkin jauh lebih besar dari yang bisa kau bayangkan. Aksara adalah sesuatu yang tak bisa kau saingi, dan jika cemburumu buta huruf, hubunganmu dengan penyair akan penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab. Setiap kali ia menulis, ada cemburu yang akan tumbuh dalam dirimu, bertanya-tanya apakah ia menulis untukmu atau untuk bayang-bayang yang tak kau kenal.
Pada akhirnya, mencintai seorang penyair adalah perjalanan yang penuh misteri. Jika kau tak siap untuk bersaing dengan aksara, jika kau tak bisa memahami betapa dalam cintanya pada dunia imajinasi, maka hubungan itu akan terasa berat. Kau harus bisa menerima bahwa menulis adalah bagian dari hidupnya, dan aksara mungkin menjadi hal yang paling ia cintai. Karena di setiap huruf, ia menemukan kebebasan yang tak bisa diberi oleh siapa pun, bahkan oleh cinta yang paling dalam sekalipun.