Sekian banyak kemungkinan yang ada, aku tak lagi menemukan
duka yang sia-sia. Bukan hilang, tapi sedikit terkabur pandang akan kenang.
Dominasi bahagia pura-pura memang nyata pengaruhnya, walau kadang intuisi
memaksa untuk sadar sesadarnya.
Kau dan purnama layak dinanti oleh siapa saja, oleh
mereka-mereka yang haus akan dahaga nafsu dunia. Aku mundur, aku
paham—terlanjur tahu bahwa keadaan lebih memihak untukku melupakan. Peluang
mendapatkan kasihmu sebetulnya besar ada, hanya saja dilema akan pahit realita
kedepannya—teraba nyata bahwa gagal adalah solusi terbaik membahagiakannya.
Baiklah, sejauh yang termampu hanyalah pilu dan dosis rindu
yang semakin menggebu. Aku tak tahu apa itu ikhlas, tapi setidaknya aku paham
bahwa melepas adalah cara melupakan untuk kembali bebas—mengejar apa saja, menyapa
siapa saja, dan berteduh di mana saja tanpa ada kata peluang kedua.