Aku telah merasa bahwa seluruh
usiaku saat ini adalah proses menghitung berapa kali aku jatuh dalam
pergulatan, dan satu-satunya pergulatan yang membuat aku kalah tersungkur
adalah saat melawan keinginan untuk melupakanmu. Entah bagaimana cara kerja
dirimu, sehingga mampu membangun rumah di ingatanku dan kau tinggal
bertahun-tahun lamanya. Lantas doa seperti apa yang pernah kau mantrakan
untukku, sehingga senyummu menjadikan dahagaku tak pernah tuntas? Adakah yang
yang kau rapalkan di ujung malammu, sampai-sampai aku gagap dan gugup oleh
rindu yang tak pernah gagal menaruh namamu di sudut kepalaku?
Bagaimana jika kau tak pernah
benar-benar berhenti mencintaimu? Sementara kau serupa pendar rembulan yang
dapat dilihat banyak orang, tetapi tak satupun yang mampu menyentuhmu. Lalu,
pergulatan seperti apa yang harus aku lewati agar bisa memiliki hati dan
semestamu?