Tak lagi kupedulikan semua
perasaan sesak itu, meski akhirnya diri terhujam pukulan bagai samsak oleh
rindu. Namamu terlukis tebal di hatiku, dan kau tahu aku dan diriku selalu
mencintaimu. Tanpamu memang semua menjadi lebih sulit, namun tetap menunggumu
adalah hal yang akan senantiasa tabah kulakukan. Meskipun matahari tak lagi
secerah kemarin, saat kau masih terpaku rapat, erat di pelukan.
Setidaknya diriku masih memiliki
sesuatu yang dengan kuat kugeganggam, dan cinta darimu adalah yang akan selalu
menyinariku. Siang dan malamku, menghibur sedih dan piluku. Aku tau, kita
bukanlah satu-satunya orang yang tak pernah siap dipisahkan. Dan perihal
berjarak pun tak selalu tentang ujian kesetiaan.
Namun untuk semua yang telah
dirimu tanamkan, tak masalah, sekalipun menunggumu adalah hal yang akan menyita
kewarasan. Akan kulakukan! Sekalipun nanti kulitku mengering diterpa gersangnya
penantian. Jari-jariku keriting sebab sering menuliskan kerinduan. Mataku
memerah memandang kepulangan. Dengan ihklas setia itu kugantungkan meski tanpa
imbalan.
Dan andai memang kau kehilangan
jalan pulang itu nantinya, jangan memberiku kabar berita apapun. Karena
menunggumu selamanya lebih baik untuk akalku lakukan. Ketimbang, mengetahui
bahwa kau telah hidup berbahagia di pelukan seseorang. Cintaku hanya ada satu,
dan itu kuperuntukkan untukmu selalu. Menunggumu, tak mengapa walau habis
seluruh hidupku. Meski hilang pula akalku.
