Aku tau kau tidak suka aku kejar. Aku tahu kau lebih suka mengejar. Sama sepertiku. Namun, aku terlalu naif jika berusaha untuk tidak mengejarmu. Hatiku yang membuatku naif akan usahaku terhadap timbal balik yang kau lakukan padaku. Sebenarnya aku bisa saja berhenti mengejarmu dan mengharapkanmu. Aku bisa sadar diri jika aku bukanlah orang yang kau mau. Tapi hati ini menolak berhenti dan sadar diri. Hati ini akan terus berjuang sekuat tenaga mengikuti waktu.
Hati ingin tahu sejauh mana ia berlari mengejarmu. Hati ingin tahu seberapa lama waktu memberinya kesempatan dan memberinya perasaan cinta kepadamu. Hati jika terlalu dipaksa rasa cintanya malah akan semakin menjadi-jadi. Apalagi jika dipaksa sambil diiringi dengan tangis.
Merelakanmu dengan tangisan sama halnya aku menyakitimu. Aku tidak ingin menangis karena tidak dicintai olehmu. Sebab ini bukan salahmu tapi salahku karena terlalu menaruh harapan besar kepadamu. Hatiku salah tempat dalam menerbangkan sayapnya sehingga ia pun terjatuh ke dasar jurang dan untungnya tak terlalu dalam.
Aku akan benar-benar sadar diri ketika dirimu sudah pasti terlihat dimiliki pria lain selain aku. Mungkin ada rasa sesak di dada, tapi tak apa akan ku sembuhkan sendiri. Senyumku akan terukir ketika aku melihatmu dengan seseorang yang kau ingini sedari dulu bahagia bersama. Hancurku tak sia-sia bila dia bahagia bersama pilihanmu.