Sepertinya aku tidak akan lelah dalam mencintaimu. Meski pada kenyataannya dirimu terus menarik ulur perasaanku dengan hal yang sepele. Namun, hatiku seperti batu yang tetap saja mencintai ketika logika terus menerus menampar jantung hatiku untuk sadar diri bahwa diriku tak pantas untuk dicintai.
Mulutku berkata lelah, tetapi hati mendadak tuli dan tidak merasakan lelah dalam mencintaimu. Besar sekali harapanku terhadapmu meski sudah tahu berharap kepadamu adalah luka bagiku. Lagi-lagi aku terlalu keras kepala dalam hal ini. Tolong maafkan aku Tuhan. Sebenarnya, aku benci situasi ini. Tapi, pikiran dan perasaanku sendiri yang memilih menetap di tempat di mana aku pertama kali mencintaimu.
Kakiku merasa lemas ketika melangkah untuk pergi darimu. Daya pikatmu sungguh membuatku tidak dapat berkutik lagi. Hatiku sudah terlanjur memilihmu untuk mencintaimu. Tapi, aku tahu kau tidak akan pernah membalas cinta dari jantung hatiku. Jantung hatiku terlalu rendahan bagimu sedangkan dirimu pantas mendapat cinta kasih dari jantung hati yang lebih baik dari jantung hatiku.
Maaf, aku telah mencintaimu selancang ini. Sebab, ini bukanlah suatu keinginan bagiku, tapi hati yang menginginkan semua ini terjadi. Namun, terlebih dari itu semua aku ucapkan terima kasih telah menghargaiku sebagai pria. Dengan itu semua sebenarnya logikaku sudah cukup, tetapi hatiku terlalu ingin meminta lebih dari sekedar itu semua. Maafkan hati ini, aku sungguh malu sebenarnya dalam hal ini sebab aku adalah pria yang seharusnya tak mengungkapkan hal ini padamu. Harusnya aku memendam semua perasaan ini sampai pada akhirnya perasaan itu hilang dengan sendirinya.
️