Mungkin kau bertanya, apa
yang terjadi di balik hilangku yang tiba-tiba? Seperti yang sudah kamu kenali,
akulah orang yang pernah begitu betah di sisimu. Tapi, itu dulu. Kau tahu?
Setelah percakapan singkat kita yang terakhir kali, kau telah menunjukkan
diriku sebenarnya. Aku bukanlah kekasihmu, bahkan temanmu. Yang dirimu butuhkan
serta malaikatmu inginkan bukanlah semua yang bisa menjadi diriku.
Dan pertanyaan sederhananya,
ke mana aku akan pergi dengan seluruh rasa yang menggunung ini? Kau tahu aku
mencintaimu, namun kau telah memiliki seseorang yang akan menghabiskan sisa
hidupnya denganmu. Andai segala yang tersembunyi bisa membuatmu kembali menjadi
seseorang yang kumiliki, sesungguhnya aku lelah berjuang, namun hanya berakhir
di pihak yang terbuang. Yang bertahan tapi tersisihkan, yang diragukan bahkan
tak diberi kesempatan.
Mungkin hatimu juga
menerka, berapa lama waktu yang aku butuhakan untuk kembali? Seberapa jauh
jarak untuk aku menjauh? Entah, inilah aku yang terbiasa merelakan kebahagianku
meski diriku juga begitu membutuhkannya. Karena apalah arti kehadiranku di
hidupmu, jika itu tidak mengundang ridho kedua malaikat penjagamu. Mungkin
tidak lagi bisa aku bagi hidup yang aku punya denganmu, tetapi itu lebih baik
agar kau mulai belajar untuk mencintai dia yang terpilih untukmu terima.
Bukankah aku pernah
menjadi hal terasing di hidupmu sebelum akhirnya termasuk dalam salah satu yang
kau sayang? Maka percayalah waktu pun akan membuat kalian berdua terbiasa.
Andai bila kau rindu, pejamkanlah kedua
matamu, lalu rasakanlah keberadaanku yang berdiam di persimpangan jalan masa
lalumu, karena diriku akan selalu tertinggal di sana, dan tidak akan pernah
kemana-mana.
Pesanku, tetaplah menjadi
anak yang penurut. Mungkin di beberapa waktu kesunyian akan membuatku sekarat,
tapi aku berjanji untuk tidak akan kalah dan mati tertikam sepi, sebab sendunya
hari-hari tanpa ada lagi kita di sini.
