Hai Nona, kenapa dirimu menangis? Biar aku temani dirimu dengan menjadi pendengar baikmu. Aku siap menampung luka-lukamu. Akan aku jadikan lukamu itu lukaku juga. Tanganku akan siap meraih tanganmu yang terjatuh bersama tubuhmu ke dalam jurang penuh duri.
Nona, memang aku tak mampu menyembuhkan luka-lukamu. Namun, sebisa mungkin aku akan memulihkan luka-lukamu. Aku akan berusaha menciptakan pelangi setelah hujan badai di dalam hatimu. Aku tidak akan mengukir luka ketika bersamamu justru aku akan berusaha mengukir bahagia bersamamu. Hanya senyum yang akan terukir di bibirmu.
Aku membayangkan, betapa manisnya dirimu ketika tersenyum. Betapa cantiknya dirimu ketika berbahagia. Sepertinya, aku akan semakin terpana dengan kecantikan yang ada pada dirimu. Entahlah, ini membingungkan. Apakah ini cinta buta atau dirimu yang terlalu sempurna.